• Home  
  • Lampaui Jakarta, Kenapa Polusi Dubai Sangat Parah?
- Internasional

Lampaui Jakarta, Kenapa Polusi Dubai Sangat Parah?

Sejak bertahun-tahun kota Dubai di Uni Emirat Arab menjadi salah satu kota dengan polusi udara paling parah di dunia berdasarkan peringkatnya di World AQI Ranking. Per Selasa (15/8) malam, kualitas udara di Dubai berada di urutan ketiga terburuk setelah Dhaka, Bangladesh, dan Kuching, Malaysia. Nilai indeks kualitas udara (AQI) Dubai ada di angka 145. Angka […]

Sejak bertahun-tahun kota Dubai di Uni Emirat Arab menjadi salah satu kota dengan polusi udara paling parah di dunia berdasarkan peringkatnya di World AQI Ranking.

Per Selasa (15/8) malam, kualitas udara di Dubai berada di urutan ketiga terburuk setelah Dhaka, Bangladesh, dan Kuching, Malaysia. Nilai indeks kualitas udara (AQI) Dubai ada di angka 145. Angka di kisaran 100-150 sendiri tergolong tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Sementara itu, tingkat PM 2.5 di Dubai juga mencapai 53,5 mikrogram per meter kubik alias 10 kali lipat nilai pedoman kualitas udara yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5 mikrogram per meter kubik.

PM 2.5 adalah partikel polutan seperti debu, jelaga, kotoran, asap, dan tetesan cairan yang berukuran lebih kecil atau sama dengan 2,5 mikron. PM 2.5 berbahaya bagi kesehatan karena bisa melayang di udara dalam waktu lama lantaran ukurannya kecil.

Kenapa polusi di Dubai sangat parah?
Kualitas udara di Dubai memburuk tiap tahun disinyalir akibat faktor alam dan manusia.

Dari faktor alam, Dubai punya tingkat kelembapan yang tinggi disertai panas ekstrem yang menyebabkan polutan terperangkap di udara.

Sementara itu, dari faktor manusia, Dubai terus mengalami urbanisasi yang cepat, pertumbuhan industri, dan peningkatan lalu lintas kendaraan.

Sebagai salah satu kota di UEA, sudah jadi rahasia umum bahwa industri minyak dan gas memengaruhi masalah iklim di negara ini. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan ini tentu memperburuk pemanasan global, termasuk di Dubai.

Merebaknya penyakit SBS
Baru-baru ini, sejumlah dokter di Uni Emirat Arab mewanti-wanti soal peningkatan penyakit yang berkaitan dengan Sick Building Syndrome (SBS).

SBS belakangan merebak di lingkungan tempat kerja warga UEA, dengan sebagian besar pasien mengeluhkan sakit kepala, sakit tenggorokan, mata gatal, kesulitan bernapas, hingga masalah kulit lainnya.

Dr Trilok Chand, seorang spesialis pengobatan pernapasan di Rumah Sakit Burjeel Abu Dhabi, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa SBS terjadi ketika seseorang mengalami efek kesehatan memburuk akibat kualitas udara dalam ruangan di kantor, rumah, dan gedung sekolah.

“Sick Building Syndrome disebabkan oleh kualitas udara yang buruk akibat ventilasi yang buruk, debu, serat karpet, dan spora jamur,” katanya.

Namun demikian, menurutnya, buruknya kualitas udara di dalam ruangan tidak lepas dari pengaruh kualitas udara di luar yang memang buruk.

“Kualitas udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh kualitas udara luar karena faktor-faktor seperti polusi atau badai pasir yang terjadi di musim panas. Pada akhirnya, aliran udara di dalam gedung berasal dari luar,” ucap dia.

Respons pemerintah
Pihak berwenang Uni Emirat Arab sebetulnya paham benar bahwa polusi udara di negaranya semakin buruk seiring dengan aktivitas industri, infrastruktur, dan kendaraan yang kian masif.

Pada September 2022, Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan UEA pun meresmikan Agenda Kualitas Udara Nasional 2031 untuk mengatasi polusi udara.

Strategi ini ditujukan menyediakan udara yang lebih bersih dan ramah untuk semua orang, demikian dikutip The National News. (nar)

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *